Permukiman merupakan salah satu masalah esensial dalam kehidupan. Setiap manusia memerlukan permukiman untuk pelaksanaan aktivitas kehidupan sehari-hari. Permukiman menjadi wadah bagi manusia untuk melangsungkan kehidupannya disamping menjadi tempat berinteraksi dengan manusia lainnya dalam satu komunitas. Diantara faktor yang mempengaruhi ketersediaan permukiman bagi masyarakat adalah ketersediaan lahan untuk membangun permukiman tersebut dan mempertimbangkan potensi mata pencarian mereka sebagai nelayan di daerah tersebut.
Desa Lero Tatari adalah salah satu Desa yang ada di Kecamatan Sindue Kabupaten Donggala, dan merupakan desa hasil pemekaran dari Desa Lero pada tanggal 15 maret 2003. Desa Lero Tatari terdiri dari IV Dusun dengan luasan 8,83 Ha, salah satu Dusunnya yaitu Dusun IV dengan luas 2,3 Ha,yang terdiri dari 130 kk dengan jumlah penduduk 376 jiwa Dengan luasan kepemilikan lahan yang memiliki ukuran yang berbeda-beda pada setiap KK (2012) merupakan sebuah kawasan Permukiman nelayan.
Permukiman nelayan yang terletak didesa lero tatari belum memenuhi standar kelayakan suatu kawasan permukiman.hal ini dapat dilihat dari ketidak teraturan bangunan dalam hal dimensi,orientasi dan bentuk,letak permukiman berada di pesisir pantai dan tidak sesuai dengan sempadan pantai yang telah di tetapkan oleh pemerintah daerah kabupaten Donggala.
Pada tahun 2018 kawasan permukiman nelayan di desa Lero Tatari mengalami kerusakan diakibatkan oleh bencana gempa bumi yang terjadi pada tanggal 28 september 2018 yang mengakibatkan kerusakan bangunan serta prasarana dan sarana lingkungan dengan presentase kerusakan kawasan mencapai 70 % dari luasan kawasan permukiman nelayan didesa Lero Tatari kec.sindue kab.Donggala.
Hunian yang ada pada permukiman nelayan didesain dengan konsep menghubungkan ruang privasi serta ruang aktivitas masyarakat nelayan, yang mana pada satu bangunan sudah dapat mewadahi aktivitas-aktivitas yang sering dilakukan masyarakat nelayan di pesisir pantai, seperti menjadikan pesisir pantai sebagai lahan untuk penjemuran hasil tangkapan laut. Tempat penambatan perahu serta membuat dan melakukan pemeliharaan alat tangkap.dengan desain sederhana dan struktur yang sangat baik untuk tanggap terhadap gempa.
Dalam satu bangunan tidak hanyan terdapat hunia saja akan tetapi bangunan tersebut telah menyatu dengan ruang untuk penambatan perahu yang dapat juga digunakan sebagai area pemeliharaan alat tangkap.dan area penjemuran yang disatukan dengan hunian dengan tujuan agar lebih mudah untuk mengontrol hasil olahan tangkapan, serta lebih aman jika di bandingkan melakukan penjemuran dipesisir pantai, serta terdapat. Ruang penyimpanan hasil olahan tangkapan. Tujuannya agar masyarakat nelayan dapat bekerja dengan evisien waktu dan tempat,karena tidak lagi mengerjakan masing-masing aktivitas tersebut di zona yang terpisah..
Vidio animasi : https://youtu.be/UOUQuTmtLHY
Mahasiswa : Widya swastika putri // F221 13 057
Komentar
Posting Komentar